Thursday, 19 November 2015

MASJID BENTENG PERTAHANAN UMAT (Bagian 3)

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd

Foto: Seminar Kebangsaan di Tangerang 2015.
LANJUTAN...

TANTANGAN MEMAKMURKAN MASJID

Kita akan menyoroti dari tantangan yang berasal dari dalam tubuh umat Islam terlebih dahulu, tantangan tersebut berupa:

1. Pemahaman tentang ajaran Islam yang sangat beragam, kalau dalam persefektif luasnya wawasan kita akan sangat senang. Namun yang terjadi adalah sempitnya wawasan dan salahnya memahami konsepsi dasar tentang terminologi asasi dan bentuk aksi dari pemahaman tersebut

2. Kebudayaan nenek moyang, baik dari konsepsi pemikirannya maupun prakteknya secara prinsip masih banyak yang bertentangan dengan ajaran Islam yang kaffah

3. Tokoh-tokoh Islam yang menyesatkan, masksudnya orang-orang atau komunitas orang yang pada prakteknya justru menjauhkan umat dari pemahaman Islam yang mengarah  pada hidayah Allah swt, mereka dikenal sebagai tokoh sekuler atau pembawa ajaran para orientalis islamophobia.

4. Imunitas kaum muslimin yang sangat lemah dari serangan pemikiran atau yang popluer disebut dengan invasi pemikiran atau al-ghazwul fikri. Indikasi ini bisa kita lihat pada perilaku remaja atau angkatan muda di seluruh dunia Islam, secara kasat mata bisa kita lihat dari cara makan, yang dimakan dan diminum, cara berpakaian, cara bersikap dan kecenderungan perilaku-perilaku yang negatif lainnya yang tentunya kita melihatnya dari sudut pandang ajaran Islam yang termaktub dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah saw.

Bila kita melihat tantangan yang datang dari luar, sesungguhnya menjadi faktor yang memperparah keadaan, karena kondisi internal umat Islam sangat memungkinkan serangan luar itu masuk malah menjajah umat baik secara pemikiran, perasaan maupun secara pisik. Hal tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penguasaan sektor-sektor vital yang dimliki oleh umat Islam hampir di seluruh dunia Islam, tidak terkecuali Indonesia,

b. Merusak pemikiran para tokoh-tokoh pengambil kebijakan dengan paham-paham yang sinis bahkan anti Islam, dalam artian Islam yang berfungsi sebagai ilmu, ajaran dan sistem hidup,

c. Menjejalkan anak-anak muda Islam dengan kesibukan yang hanya memperturutkan hawa nafsu dan membuang-buang waktu saja, baik berupa musik, tontonan, permainan maupun kecenderungan-kecenderungan yang bertumpu pada pemenuhan hawa nafsu belaka,

d. Mempersempit bahkan membabat potensi yang akan berperan sebagai komunitas atau situasi yang akan berperan memberikan kesadaran dan penyadaran kepada seluruh kaum muslimin akan bahayanya mengikuti sesuatu yang sejatinya merusak dirinya, bangsanya yang paling utama adalah merusak agamanya.

Tantangan eksternal inilah yang untuk kasus Indonesia merupakan bencana tsunami aqidah yang sangat dahsyat. Namun disayangkan bencana ini belum disadari secara luas oleh kaum muslimin secara nasional. Padahal bila keadaan ini dibiarkan akan sangat membahayakan umat Islam dalam artian yang sesungguhnya. Karena pada saatnya umat Islam akan menjadi umat seperti jasad tanpa nyawa, hidupnya adalah kematiannya.

SEKIAN
Semoga Bermanfaat.
________________

FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Instagram: Iqrodaily dan alfiantanjungg
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf

MASJID BENTENG PERTAHANAN UMAT (Bagian 2)

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung 

Foto: Bersama CEO Iqrocloth sekaligus penulis mas M. Iqbal Almaududi dalam buka bersama KB PII.


LANJUTAN.....

Guna menyikapi keadaan tersebut diatas, dalam rangka mendinamisir dan mengembalikan fungsi masjid serta menjadikan masjid sebagai benteng pertahanan umat. Ada  beberapa langkah yang perlu dilakukan, hal tersebut adalah:

1. Terpetakannya anatomi persoalan secara jelas dan gamblang, Terutama hal-hal yang menjadi sebab dari persoalan tersebut. Dari sini bisa disiapkan antitesanya, baik berupa Konsepsi maupun operasi.
2. Membuat masjid-masjid percontohan, sebagai media reparasi menuju keberadaan masjid yang ideal, baik secara kualitatif, kuantitatif maupun ketersebarannya.
3. Melakukan Pendidikan dan Latihan, yang berkait langsung maupun tidak langsung dalam urusan kemasjidan.
4. Pengadaan dana abadi masjid dan
5. Pengorganisasian masjid, dan pengorganisasian organisasi Kemasjidan, baik secara struktural, cultural maupun situasional.

AUTO KRITIK MASJID KITA

Sejak proklamasi kemerdekaan Bangsa Indonesia pada hari Jum’at 9 Ramadhan 1369 H jam 10.00 pagi, yang lebih populer dengan tanggal 17 Agustus 1945 hingga sekarang, secara kuantitatif umat Islam tetap masih berada sebagai komunitas yang mayoritas. Dengan kondisi itu keberadaan masjid menjadi suatu kebutuhan yang berkembang secara korelatif dengan banyaknya kaum muslimin secara nasional. Secara jumlah, masjid yang ada relatif masih sangat sedikit jika dilihat dari rasio kaum muslimin yang ada.  

Tapi kalau tinjauan kita arahkan pada parameter; relevansi fungsi, kualitas manajemen, daya edukasi dan dakwah, serta fungsi ideal masjid dalam ajaran Islam maka perlu ada keberanian dan kesiapan mental untuk melakukan reformasi, reposisi dan refungsi bahkan bila dipandang perlu kita melakukan revolusi, sehingga masjid kembali memerankan dirinya sebagai tempat dimana segala persoalan umat bisa dibicarakan dan dicarikan jalan keluarnya, sehingga pada langkah selanjutnya bisa ditindaklanjuti oleh semua pihak yang secara keseluruhan mengarahkan umat ini menjadi umat yang khairu ummah.

Pertama, motivasi pendirian, mencari masjid yang didirikan karena alasan ketaqwaan dalam artian yang qur’ani yang selanjutnya diarahkan untuk penegakan syari’at Islam. Pada masa sekarang relatif sulit, hal ini disebabkan karena Masjid-masjid yang ada lebih banyak didirikan oleh alasan yang bukan selain ketaqwaan.

Kedua, Kontruksi dan Posisi, pembangunan masjid yang banyak dilakukan selama ini relatif kurang bahkan tidak memperhatikan hal-hal yang berkenaan dengan tata letak, tata ruang, kontruksi bangunan serta posisi masjid dalam dinamika masyarakat. Hal ini terbukti banyak masjid yang pada tahapan tertentu harus digusur, sementara itu dari kontruksi pisik, pada kebanyakan masjid kurang menyediakan fasilitas untuk kaum wanita dan para musafir. Belum kalau kita tinjau dari formasi pisik untuk ragam aktifitas yang dilakukan didalam atau disekitar masjid.

Ketiga, Fungsi dan Peruntukan, masjid yang sudah ada secara umum hanya digunakan untuk sholat dan majlis ta’lim saja, selajutnya bisa dibilang atau malah bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Padahal pemanfaatan masjid pada fungsi-fungsi lain sangat dimungkinkan bahkan dibenarkan oleh ajaran Islam baik secara dalil maupun praktek pada zaman-zaman keemasan Islam.

Keempat, Manajemen Pengelolaan, hal yang menjadi konsentrasi dalam pengelolaan dibanyak masjid pada kenyataannya hanya bertumpu pada pengembangan bangunan secara pisik dan peersoalan yang berkenaan dengan keuangan saja. Padahal, masih banyak yang bisa dikelola, misalnya pengembangan SDM umat, hubungan antar-interkonektif  antara masjid dengan jama’ah secara umum, masjid dan masyarakat sekitar masjid secara khusus.

Kelima, Sekitar aktifitas dan program ,sangat disayangkan program-program dan aktifitas dikebanyakan masjid sangat minim dan miskin daya kreatifitasnya. Bisa dikatakan masjid lebih banyak nganggurnya dari pada difungsikan atau diisi oleh kegiatan-kegiatan keumatan yang bernuansa pendidikan, dakwah, pelatihan dan pengembangan potensi umat secara umum.

Keenam, Jaringan dan Pengorganisasian, lebih dari 60 tahun kita merdeka untuk sekedar masjid saja, sampai hari ini belum ada manajemen jaringan antar masjid atau organisasi kemasjidan yang bisa disebut sebagai organisasi yang menjadi representasi dari kekuatan jaringan masjid. Hal ini terjadi karena motivasi pendiriannya dan  ketekunan pengelolaannya tidak diarahkan pada kekuatan jaringan masjid-masjid tersebut.

Ketujuh, Perbedaan aliran pemikiran, untuk yang berkenaan dengan ini sikap yang sering dimunculkan adalah, tidak boleh dibahas, tidak boleh dibicarakan. Secara tidak langsung hal ini menjadi sebab dari mandegnya dinamika aktifitas, dari sekedar saling memaklumi sampai yang paling ekstrim membuat masjid baru hanya karena tidak cocok dengan pandangan keagamaan yang diyakini. Ini adalah sebuah realitas. Yang penyebabnya adalah sempitnya wawasan keagamaan yang dimiliki.

Kedelapan, Ketidak sadaran situasi, sebagai pusat aktifitas atau bisa disebut jantung kegiatan umat, masjid telah menjadi suatu fenomena yang disadari oleh banyak pihak sebagai nyawa kekuatan umat Islam. Pada kenyataannya masjid dikebanyakan negeri Islam telah di “gerejakan” atau di “sangkar emaskan” untuk yang dianggap membangkang masjid-masjid tersebut akan di “haramkan”.  Situasi ini harus bisa diatasi oleh para penggiat gerakan Islam yang berbasis di masjid. Sehingga fungsi masjid bisa diperankan secara maksimal.

Kesembilan, Mengembalikan posisi dan fungsi, semangat ini sering hanya ditataran ide dan forum-forum resmi. Hampir selalu selanjutnya adalah kembali kepada warna aslinya.
Artinya semangat untuk mengembalikan fungsi masjid yang mulai didengungkan sekitar tahun 1970-an, hingga trahun 2000-an ini belum menunjukkan perubahan yang berarti. Sebabnya dimulai dari perencanaan pembangunan, ketersediaan SDM yang cinta masjid, kemampuan mengimbangi zaman, dan variable lain yang membuat citra, posisi dan fungsi masjid sebagaimana yang kita rasakan hari ini.

Kesepuluh, Fenomena Aliran  Sesat, Hal ini merupakan suatu yang sensitif, tetapi sebagai suatu kenyataan yang benar adanya. Hal ini harus disikapi, sebagaimana Rasulullah mengajarkan kita bagaimana menyikapinya. Disinilah peran para ulama dan umara yang berkhidmad pada kepentingan Islam sangat diperlukan. Yang perlu disadari bahwa keberadaan aliran sesat ini merupakan tantangan disatu sisi dan merupakan suatu kesengajaan dari pihak-pihak yang berkepentingan disisi lainnya.

Untuk sampai pada keakuratan, yang lebih memadai dipandang perlu diadakan peneilitian yang terencana dan terukur sekitar optimalisasi bahkan maksimalisasi peran masjid dalam pemberdayaan potensi umat semakin bisa dirancang. Paling tidak pemaparan diatas bisa dianggap sebagai asumsi awal tentang beberapa kelemahan masjid dan hal-hal yang bisa kita lakukan guna meminimalisir faktor-faktor penghambat untuk terwujudnya masyarakat Islam yang berbasis  di masjid.

Bisa dimulai dari masjid-masjid yang kebetulan pengurusnya adalah komunitas yang sadar akan kepentingan ini sehingga dijadikan masjid percontohan, kemudian masing-masing masjid tersebut mulai menjalin kerja-kerja yang memberi keteladanan pada masjid-masjid yang belum tersentuh oleh pemikiran terhadap gerakan Back to Masjid.

BERSAMBUNG...Ke Bagian ke-3...
http://alfiantanjungtm.blogspot.co.id/2015/11/masjid-benteng-pertahanan-umat-bagian-3.html
_________________
FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Instagram: Iqrodaily dan alfiantanjungg
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf

MASJID BENTENG PERTAHANAN UMAT (Bagian 1)

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd

Foto: Ba'da Mengisi Khutbah Idul Adha 2015, Jakarta

MASJID DAN DINAMIKA UMAT

Kalau kita berkaca pada perjalanan hidup Rasulullah saw, sejak Awal kenabian beliau pada usia 40 tahun hingga wafatnya beliau pada Usia 63 tahun. Ada satu tempat yang hampir selalu bersamaan atau berdekatan dengan kehidupan beliau tempat itu adalah Masjid.

Berangkat dari masjid Rasulullah memantapkan aqidah, ibadah dan semangat yang bergelora dalam hal mengurus urusan dunia. Sejarah mencatat sampai zaman khalifah Ali bin Abi Thalib, Islam telah tersebar hampir keseluruh belahan dunia, dalam posisi Islam menjadi kekuatan yang mendunia dari Barat hingga ke Timur, dari Utara hingga ke Selatan. Hal itu terjadi dalam kurun tujuh abad dari abad VII hingga abad ke XIV Masehi. Kurun ini dikenal dengan masa kejayaan Islam dengan berbagai prestasi yang terukir dan tertulis dalam buku-buku sejarah. Adalah fakta sejarah dunia, hal mana Islam memimpin peradaban dunia. Dan yang perlu dicatat masjid sebagai pusat aktifitas keumatan dengan segala aspek yang sangat dinamis. Dari masjid, ikatan dengan Allah dan ikatan dengan manusia terpatri menjadi kekuatan yang menyatu dalam mengurus dunia dalam segala bidang yang menyertainya. Melalui masjid itulah pusat kekuasaan dan strategi pengembangan Islam dikelola secara padu.

Setelah zaman kekuasaan khalifah Ali bin abi Thalib, cahaya Islam begitu kuat pada zaman Umar bin Abdul Azis. Selanjutnya masjid hanya menjadi corong untuk melanggengkan kekuasaan, situasi ini membuat fungsi masjid menjadi sangat menyempit. Memasuki abad ke-XVII dan seterusnya, yang terjadi adalah kekuatan Islam hanya dikendalikan oleh ambisi politik yang begitu dominan dari para penguasa yang berkuasa pada masa tersebut dan masa-masa berikutnya. Memasuki abad ke-XVIII dengan semakin melemahnya kekuatan dari khilafah Islam yang masih ada. Dengan semangat perang salib, negara-negara Islam mulai mengalami penjajahan diberbagai negeri. Untuk kasus Indonesia penjajahan Belanda sudah mulai bercokol sejak abad XVI, setelah masuknya persekutuan dagang Belanda pada awal tahun 1600-an.

Sampai akhirnya Khilafah Islam benar-benar dimusnahkan oleh operasi sistematis dari jaringan Yahudi Internasional yang memanfaatkan kelemahan kondisi internal umat Islam. Pembubaran khilafah Turki Utsmani terjadi pada tanggal 3 Maret 1924. Setelah waktu itu kekuatan umat betul-betul semakin tidak terkoordinasikan. Dalam kajian kita tentang masjid, jelas sekali masjid dijadikan tempat yang bermakna sempit, hanya untuk sholat dan berdo’a atau berdzikir saja, tidak boleh lebih.

Setelah melalui perjuangan panjang dari negara-negara yang dijajah oleh para penjajah Barat, perjuangan merebut kemerdekaan banyak digerakkan dari masjid, sementara itu masjid telah mengalami disfungsionalisasi, delegitimasi dan sekularisasi.


Dari paparan tersebut, dapat dianalisa beberapa keadaan dan kemengapaan tentang masjid, fungsi dan keberadaan masjid dalam mendinamisir umat Islam.Beberapa diantaranya; Masjid Keluarga, yakni masjid yang didirikan atas inisiatif dari sesepuh dari garis keturunan yang pada masa berikutnya sangat terlihat, bahwa keberadaan masjid tersebut menjadi dominasi dari anak, cucu dan keturunannya. Masjid Pemerintah, merupakan Masjid negara yang berfungsi hanya untuk menyuarakan kepentingan yang berkesesuaian dengan idiologi dan kepentingan politik penguasa secara subjektif, apabila hal tersebut bertabrakan dengan syari’at Islam, bisa dipastikan Islam dan kepentingan Islam akan dikalahkan, bahkan disalahkan. Masjid Perkantoran, merupakan keberadaan yang cukup membanggakan sekaligus menyedihkan. Karena masjid itu hanya berfungsi secara ibadah ritual an sich, dan bila kantor libur, bisa dipastikan aktifitas masjid tersebut juga diliburkan. Masjid Pesantren, semodel dengan masjid kampus atau masjid sekolah. Untuk masjid pesantren relatif digunakan secara efektif hampir setiap waktu baik untuk kegiatan sholat lima waktu maupun kegiatan belajar mengajar, sementara Masjid Sekolah dan Masjid Kampus mempunyai nasib yang hampir sama dengan Masjid Perkantoran. Dan yang terakhir adalah Masjid Masyaraka, merupakan keberadaan yang lebih mengumat. Karena dari tingkat perencanaan, pembuatan hingga pemakmuran dilakukan secara kolektif. Masjid masyarakat ini potensial untuk diarahkan menjadi masjid ideal, namun kenyataannya kompleksitas yang ada dimasyarakat relatif membuat masjid masyarakat hanya menjadi posko ibadah atau posko penampungan.

Dari beragam prototype masjid tersebut, ada satu keadaan yang terjadi yaitu, masjid telah PUTUS HUBUNGAN dengan denyut dinamika masyarakat Islam, dalam artian telah terjadi sekulerisasi. Sehingga gema adzan yang memanggil untuk menegakkan sholat dan untuk meraih kemenangan menjadi sesuatu yang sangat sering dan keras terdengar tetapi tidak menggerakkan masyarakat untuk menegakkan sholat dan juga tidak mengarahkan masyarakat untuk meraih atau merebut kemenangan. Dengan situasi itu masjid menjadi unconnected alias ‘nggak nyambung’ dengan masyarakat. Implikasinya bisa dipahami dengan indikasi sebagai berikut: a. Minimnya masyarakat yang datang untuk memakmurkan masjid, walaupun dari segi waktu dan kesempatan tidak ada alasan untuk mangkir, b. Pola interaksi dan pola aksi masyarakat disekitar masjid relatif sangat jauh dari penampilan nilai-nilai syari’at Islam, kadangkala malah sangat terang-terangan melakukan yang sangat bertentangan dengan syari’at Islam. c. Dengan kedua kondisi tersebut efek ketekunan beribadah atau efek dari majlis ilmu yang banyak dilakukan dimasjid-masjid tersebut tidak memberikan pengaruh secara edukatif dan signifikan terhadap masyarakat, bahkan secara khusus dengan pribadi-pribadi yang berdekatan dengan masjid tersebut.

Akumulasi dari keadaan tersebut berpengaruh pada rentannya daya  tahan umat, bersamaan dengan itu mudahnya serangan musuh masuk, mengalahkan bahkan dibantu oleh muslimin yang fasiqin. Sehingga ummat secara keseluruhan mengalami kelumpuhan yang diawali kelumpuhan pola hubungannya dengan Allah swt.

BERSAMBUNG...Ke Bagian ke-2... >>
http://alfiantanjungtm.blogspot.co.id/2015/11/oleh-ust.html
_______________
FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Instagram: Iqrodaily dan alfiantanjungg
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf

Tuesday, 17 November 2015

ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd

Foto: Opini Publik Jak TV 2015.


“Siapa- siapa mencari agama selain agama Islam, maka tidak akan diterima (agama itu) dari padanya dan di akherat kelak termasuk orang-orang yang merugi.”
(QS. Ali Imron: 85)
Sebagai hamba dan makhluk Allah kita patut bersyukur karena telah diberikan olehNya nikmat iman, Islam dan ihsan dengan cara memadukannya dan tidak memisahkannya karena ketiga hal itu ibarat ruh dan tubuh, jika iman ditampilkan sebagai watak – dan Islam sebagai tubuh, maka ihsan sebagai ruh yang mendinamiskan watak dan menggerakkan tubuh.

Said Qutb dalam tafsir “fii dzilail-Qur’an” merumuskan bahwa Islam adalah ‘aqidah yang memancarkan syari’ah : atas syari’ah itu berdiri nidzam (tata cara hidup), aqidah, syari’ah dan nidzham  ketiga-tiganya berjalan sejalin, berpadu, hidup menghidupkan dan saling topang-menopang.

Islam telah menjadi agama sepanjang sejarah, sebagai petunjuk jalan kepada manusia menuju ketaatan kepada Allah Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta. Akan tetapi banyak diantara manusia yang berpaling daripada-Nya (QS. Ali Imron: 83).Islam sebagai satu-satunya agama yang paling diridhoi di sisi Allah SWT (QS. Ali Imron: 9). Sebagai seorang muslim tentunya kita telah menjalankan syari’at Islam walaupun belum secara kaffah seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah: 208. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah mengapa kita harus berislam secara kaffah?

Hidup Bersama Islam

Hakekat berislam adalah penghambaan (Abdullah) dan kepemimpinan (khalifah) yang dengan itu manusia menjalankan hidupnya sebagai pribadi maupun sebagai makhluk sosial (madaniyyun bith-thob’ie).

Sebagai seorang muslim kita harus memegang teguh prinsip-prinsip Islam sebagai berikut :

a. Prinsip Kesaksian Hal ini termaktub dalam dua kalimat syahadat bahwa Allah sebagai Rabb dan Muhammad sebagai utusanNya dan tauladan hidup kita.
b. Prinsip Keimanan Memahami dan meyakini tentang Allah, malaikat, kitab - kitab dan rasul - rasul, serta hari kiamat dan taqdir sebagai nilai dasar yang menjadi pegangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
c. Prinsip Keislaman Menegakkan sholat, berpuasa di bulan Ramadhan, membayar zakat dan pergi haji jika mampu sebagai landasan peribadatan baik yang bersifat transendental (mahdhoh).
dPrinsip Da’wah Mengajak ke jalan Allah dalam setiap kesempatan dan cara-cara yang lazim dipahami oleh para Nabi dan Rasul. Hal ini bersifat kewajiban individu (fardlu ‘ain).
e. Prinsip Jihad Berjuang menegakkan Islam baik dalam diri, keluarga, masyarakat maupun negara yang diarahkan pada Daulah Islam sehingga terbentuknya sistem khilafah.

Mengapa Harus Hidup Bersama Islam?
Ada beberapa keunggulan Islam dari sistem ajaran manapun, hal tersebut adalah :
1.    Orisinalitas
Kemurnian ajaran karena bersumber dari Allah dan lepas dari intervensi atau pengaruh dari pihak yang berkepentingan.
2.    Manusiawi
Sesuai fitrah syarat dan kemampuan serta kebutuhan manusiawi secara umum dan di segala zaman.

3.    Universal
Ajaran Islam merupakan ajaran yang dapat diterapkan oleh manusia tanpa kecuali dengan syarat dipenuhinya prinsip-prinsip tersebut diatas.
4.    Operasional
Dapat diterapkan secara nyata dan ketepatan cara penerapannya akan membawa kepada sebesar-besarnya kemaslahatan dan keuntungan bagi manusia.
5.    Relevansi
Berkesesuaian dengan kelas sosial manapun dan jenis kultur apapun serta akan membawa pada situasi masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran juga kesejahteraan dalam artian yang sebenar-benarnya.

Masa Ilunal Yaum
Ada beberapa sebab yang membuat umat Islam selalu disingkirkan dan dilecehkan oleh musuh-musuhnya, diantaranya karena :
1.    Pemahaman terhadap Islam yang relatif  tidak utuh karena pengaruh keyakinan masa lalu atau karena serangan pemikiran dari luar. Dan juga karena proses belajar tentang Islam yang tidak mengarah kepada Islam kaffah.
2.    Krisis kepemimpinan. Para ahli agama Islam lebih banyak memerankan diri sebagai guru daripada leadership – sosio – religius. Akibatnya tokoh-tokoh Islam tidak diperhitungkan dalam memutuskan kebijakan-kebijakan strategis. Hal ini terjadi di tiap level baik secara vertikal maupun horizontal.
3.    Lemahnya atau sempitnya wawasan kesejarahan yang berkenaan dengan perjuangan ummat Islam baik skala nasional maupun internasional.
Tidak disadarinya serangan musuh bagi berbagai jalur dengan cara yang tujuan akhirnya adalah  “pembasmian umat Islam” dari bumi nusantara.
________________________
FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf
Instagram: alfiantanjungg

Monday, 16 November 2015

KEWAJIBAN PENDIDIK MUSLIM (Bagian 3)

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd

Foto: Beberapa suksesor Parade Tauhid Indonesia 2015.

LANJUTAN...

JAWABAN PENDIDIK MUSLIM

     Diawali oleh kemauan menjadi hamba Allah dan Khalifah Allah di muka bumi secara pribadi, para pendidik muslim perlu mengorganisasikan dirinya baik secara lokal, regional, Nasional hingga Internasional. Dimulai dari kesadaran akan realitas dan tantangan umat serta resiko apabila kita berpangku tangan. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh para pendidikan Muslim, antara lain:

1.    Menjadi Pembelajar Abadi
Artinya, sebagai Insan Pendidikan, baik sebagai guru, tenaga administrasi, kepala sekolah, penjaga sekolah, penjaga kantin dan siapapun manusianya yang terlibat secara langsung dalam PBM harus diberikan virus cinta belajar.

2.    Menjadi Tenaga Profesional
Dimulai dengan kepercayaan diri yang tinggi, kemampuan yang memadai secara keilmuan dan keterampilan yang mantap serta dedikasi yang kuat dan konsisten dalam menggeluti dunia pendidikan.

3.    Membangun Budaya Keilmuan
Dimulai dengan keteladanan dan kewibawaan yang alami, ketersediaan fasilitas, jelasnya aturan dan peraturan yang dijadikan rujukan, serta pembiasaan yang dibangun dengan cara-cara yang edukatif, maka budaya keilmuan menjadi wujud di lingkungan pendidikan baik secara formal di sekolah maupun di rumah dan di masyarakat.

Melalui aktifitas belajar mengajar di sekolah, sikap mendidik dari orangtua dan dukungan terhadap pendidikan dari masyarakat. Disambut oleh kesadaran diri dari si pelajar atau mahasiswa. Kelahiran generasi yang tangguh secara komprehensif akan menjadi suatu yang wujud.

Jawaban yang dipaparkan masih bersifat normatif, berupa daftar keinginan yang kental dengan semangat idealisme. Padahal dunia pendidikan kita sudah terlalu jauh tercecer bahkan dari negara yang pernah menjadi ‘murid’ kita yakni Malaysia.

Sebagai komunitas Pendidikan kita tidak boleh berkecil hati, kita harus sadar dengan sepenuh hati dan menumbuhkan jiwa jihad dalam mempersiapkan generasi di belakang kita. Karena mereka akan menghadapai masa yang berbeda dengan zaman kita hari ini.


Akhirnya semua berpulang kepada apakah sejarah dunia ini akan dibuat oleh musuh-musuh agama ini? Atau kita masih punya nyali untuk membuat sejarah? Jawabannya adalah luruskan niat, perhebat  ikhtiar, perbanyak do’a, siapkan dana,    miliki alat-alat dan fasilitas pendukung, biasakan kerja jama’ah dan  tawakkal  pada  Allah.

SELESAI.
_______________
FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf
Instagram: alfiantanjungg

KEWAJIBAN PENDIDIK MUSLIM (Bagian 2)

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd

Foto: Bersama KB Pelajar Islam Indonesia (PII).


LANJUTAN...

TANTANGAN DUNIA ISLAM

Sejak runtuhnya Turki Utsmani pada tahun 1924, dunia Islam semakin tidak terorganisir, sehingga situasinya semakin sangat memprihatinkan. Karena banyak negara Islam yang berada dalam kangkangan para penjajah. Kolonialisme ini menyebabkan tiga penyakit utama umat Islam, yaitu:

1.    Islamophobia,
2.    Rasa rendah diri,
3.    Bermental budak.

Sementara itu dakwah Islam menghadapi tantangan dari dalam dan luar umat Islam,
  • Tantangan dari dalam (internal) umat Islam yaitu budaya nenek moyang, pola pikir yang sekuler, dan perpecahan umat.
  • Tantangan dari luar (eksternal) umat Islam yaitu Zionis - Kristen, Pemurtadan, Komunisme dan ajaran-ajaran atau idiologi anti tauhid lainnya.

Implikasi dari tantangan-tantangan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kemandekan dan Kelemahan Umat

Terutama dalam hal aqidah, ibadah, akhlak dan penerapan syari’at Islam. Sehingga umat Islam berada dalam ketertinggalan disegala bidang. Karena umat telah lepas dari ikatan yang kuat yaitu Al-quran dan sunnah Rasulullah.

2. Penjajahan Pemikiran
Hal ini merupakan kondisi yang terbesar dan terberat yang dialami umat Islam. Sayangnya hal ini tidak disadari oleh sebagian besar umat diseluruh dunia Islam. Racun dijadikan obat, atau racun dikira madu.

3.  Penghancuran Pisik
Afghanistan adalah ayat kauniyah dari penghancuran negeri Islam, yang lainnya adalah Sudan, Irak, Palestina, Lebanon, Checnya dll serta negara-negara yang diincar untuk dihancurkan, Iran, Suriah, termasuk Indonesia.

4.  Penguasaan Total
Baik sumberdaya alam, kekayaan yang dimiliki serta SDM negeri-negeri Islam berada  dalam cengkraman para penjajah. Indonesia adalah salah satu contoh yang sangat kasat mata.

Menjawab tantangan tersebut diatas, jalur pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar. Hal ini harus disadari oleh para pendidik muslim. Karena ini adalah agenda perjuangan yang sangat luas, besar dan berat. Kesadaran harus ditindaklanjuti oleh kerja-kerja perjuangan.

Pertannyaannya adalah apakah para civitas pendidikan di dunia Islam memiliki wawasan tentang situasi tersebut diatas?

Bersambung...Ke Bagian 3...
_______________
FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf

Instagram: alfiantanjungg

KEWAJIBAN PENDIDIK MUSLIM (Bagian 1)

Oleh: Ust. Drs. Alfian Tanjung M.Pd


Foto: Ketika Membahas Kebangkitan PKI di RASIL TV.


“Dan hendaklah engkau khawatir akan datang generasi yang lemah, generasi yang meninggalkan sholat dan generasi yang memperturutkan hawa nafsunya”

(Q.S. Annisa : 09)

BEBERAPA KENYATAAN

Aktifitas sebagai pendidik, baik sebagai guru atau civitas akademika disebuah lembaga pendidikan relatif jauh panggang dari api. Maka fenomena yang memprihatinkan dari hari kehari semakin memilukan hati bagi para pendidik yang memiliki idealisme dan jiwa mendidik. Diantara hal yang meperihatinkan tersebut diantaranya;

Pertama, situasi malas belajar, hal ini menjadi sesuatu yang umum dalam kebanyakan pelajar kita, termasuk para penyandang predikat mahasiswa.
Kedua, persoalan sekitar guru, dari persoalan keterampilan mengajar, dedikasi sebagai pendidik dan wawasan mutakhir tentang disiplin ilmu yang diajarkannya.
Ketiga, sikap keluarga yang melihat pendidikan sebagai sesuatu yang profan dan materialistik bahkan kerapkali bersikap kontraproduktif dari nilai-nilai kependidikan.
Keempat sikap masyarakat yang belum menjadikan pendidikan sebagai investasi SDM ,hal ini terjadi pada kebanyakan masyarakat.
Kelima, sikap politik pemerintah, dari perangkat hukum disatu sisi dan implementasi disisi  lain termasuk dalam merecovery persoalan pendidikan masih jauh dari penanganan yang terorganisir.

Hal tersebut berimplikasi sangat luas, secara kualitatif, Indonesia merupakan negara yang sangat tertinggal dalam bidang pendidikan, bisa dilihat dari peringkat yang terbawah baik di Asia, apalagi di dunia, secara kuantitatif, banyaknya tenaga pengangguran terdidik (300.000 - 500.000 orang) sarjana di Indonesia merupakan tenaga pengangguran. Belum lagi pengangguran tingkat dibawahnya yang secara total telah menggenapkan jumlah pengangguran menembus angka 40.000.000-an orang. Keadaan ini menjadi sebab dari merebaknya kejahatan dan kebejatan moralitas di masyarakat yang pada akhirnya membuat bangsa kita tertinggal secara keilmuan dan peradaban. Dan membuat bangsa kita jauh dari Allah, hal ini beresiko kita mengalami kerugian di dunia dan di akhirat.

Tugas pendidik muslim dan civitas akademika di sekolah-sekolah secara umum adalah menjadikan proses belajar mengajar yang efektif disatu sisi, dan menyiapkan tenaga-tenaga calon pemimpin umat di semua sektor kehidupan disisi yang lainnya. Dengan kata lain kegiatan pendidikan yang dilakukan terhadap generasi Muslim adalah aktifitas persiapan, berupa penyiapan SDM dengan kualifikasi yang handal dan tangguh. Baik secara mental–spiritual, Moral– sosial, Keterampilan hidup dan kemampuan tekhnologi serta kemampuan kepemimpinan.

Untuk memproses dan mewujudkan tugas tersebut, perlu dilakukan kerja-kerja yang bersifat strategis dari seluruh komponen potensi umat. Karena untuk kasus Indonesia, sektor pendidikan dan pelayanan kesehatan merupakan hal yang tertinggal dari kaum lain. Dengan langkah-langkah yang terencana, sistematis, terprogram dan berkelanjutan upaya penguatan potensi umat bisa dilakukan. Dan pada tahapan berikutnya umat Islam akan menjadi tuan di negerinya sendiri. Indonesia adil dan makmur akan terwujud jika umat Islam mengalami proses pemberdayaan yang proporsional, fungsional. Hal ini dimulai dari penyiapan SDM, maka jelaslah betapa mulianya tugas para pendidik.

Bersambung... Ke Bagian 2.
_______________
FanPage Facebook: Alfian Tanjung (https://www.facebook.com/alfiantanjungtm)
Email: mljtarunamuslim@gmail.com
Twitter: @alfiantmf

Instagram: alfiantanjungg