Wednesday, 13 April 2016

PEDOMAN REBUT JAKARTA I: MITOS PETAHANA

Oleh: Alfian Tanjung

Foto: Peresmian Markaz Dakwah dan Jihad Majelis Mujahidin


Ahok, alias dari Basuki Tjahaya Purnama adalah seorang anak keturunan yang dibesarkan ditanah Melayu. Menjadi Gubernur bukan karena pilihan masyarakat Jakarta yang 85,53 % adalah Muslim. Pasca pilkada DKI pertanggal 20 September 2012, dimenangkan oleh pasangan Jokowi-Ahok, Duet Duo Cino yang masih malu-malu menegaskan misi Po An tui-nya, diwujudkn oleh Tjahyo Kumolo dengan meresmikan Patung Pengkhianat laskar bentukan Belanda tersebut, dalam rangka membela misi imprealisme, yang bertugas untuk mengintimidasi kaum pribumi.

"Kehebtan Ahok" telah menjadi mitos, dongeng dan manisan gula-gula yang ditengahnya terdapat rasa pahit yang mematikan yakni "Penindasan Konsitusional", contoh yang sangat kasat telinga dan mata: Sejak bulan maret 2016 warga Jakarta membayar Pajak dengan 0 rupiah, hal ini akan menjadi beban berupa bom waktu, baik ketika dia kembali menjadi Gubernur atau bagi penggantinya, menjadi bom waktu. Karena setelah pelantikan Gubernur periode 2017-2022 masyarakat harus membayar pajak 10x lipat dari jumlah nominal yang dinaikkan secara berkala.

CUCI OTAK yang dilakukan oleh media cetak, elektronik dan online yang merupakan kawan atau gerombolan Po An Tui, Ahok dan gerombolannya, membuat sebagian kecil masyarakat Jakarta terpengaruh, mereka menjadi Ahok Mania atau Teman Ahok/Teman Mabok.

BERSIHKAN HATI & OTAK dengan kalimah Tauhid, bisa dipastikan akan menggerus mitos hebatnya, beraninya, suksesnya Ahok. karena semua ini permainan pencitraan dan strategi Tsun Zu. Ahok, bukan milik kita,  kita juga tidak ada dalam pikiran ahok, dia pengabdi Investor, bukan pengabdi masyarakat.

Untuk itu semua pada para Ulama, Intelektual Muslim dan tokoh masyarakat Adat baik betawi maupun seluruh  Indonesia, harus mengintensifkan silaturahimnya, karena jelas Quran dan sunah Rasulullah mengharamkan memilih pemimpin untuk umat Islam dari kalangan non Muslim atau Kafir. Dengan hancurnya Mitos Petahana atau incumbent tersebut kita sudah punya modal awal untuk menjadikan Tanah Betawi tetap menjadi tanahnya para abang dan mpok yang hobinya mengaji.

(13/3/2016)

No comments:

Post a Comment