Oleh: Alfian Tanjung*
PII (Pelajar Islam Indonesia) merupakan gerakan Perjuangan Pemuda Pelajar yang dibangkitkan pada tanggal 4 Mei 1947 di Yogyakarta, dimasa awal berdirinya telah mempersembahkan seorang Syahid dari seorang pelajar yang bernama Suryo Sugito pada tahun 1948 sebagai anggota PII yang tentara Pelajar.
Tahun 1951 komunitas Pelajar Islam Jakarta menggabungkan diri ke Pelajar Islam Indonesia yang dibentuk di Yogyakarta. Sebagai Organisasi yang lahir dari rahim umat Islam yang memiliki misi menyatukan Pelajar Umum dan Santri berjalan dengan sangat dinamis. Tahun 1952 mengikuti Pelatihan Internasional di Colombo dan mengikuti pertukaran Pelajar Indonesia-Amerika AFS, diantara alumninya : Agus Sudono, Taufik Ismail dan Letjend (Purn, alm) Z.A Maulani.
Kebangkitan PII bersamaan tahun dengan HMI. Tahun 1960 Sukarno Membubarkan Masyumi dengan SK no.200 tahun 1960, atas desakan PKI, karena Sukarno sedang "Kasmaran Politik" dengan ide NASAKOM (Nasionalis Agama Komunis), imbasnya sangat terasa bagi umat Islam dan misi dakwah Islam. 1963 Sukarno Membubarkan/membekukan GPII (Gerakan Pemuda Islam Indonesia) dan mengancam bubar HMI (hal ini menginspirasi kader muda HMI untuk membentuk IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).
Dalam situasi yang sangat berat, beban perjuangan Umat Islam bertumpu pada PII (Kader PII dikenal sebagai Masyumi celana pendek), kader PII juga menyatu dengan warga NU di Jawa, terutama Pesantren yang secara fakta sejarah sebagai basis perlawanan terhadap keganasan dan kekejaman serta kesadisan gerombolan anti Tuhan yang bernama Partai Komunis Indonesia (PKI). Kekejaman PKI menimpa warga NU dan Keluarga Besar Bintang Bulan (Masyumi). 1948 PKI menghancurkan Pesantren PSM Takeran, Magetan- Madiun Jawa TImur, PKI Meracun sampai mati 62 orang pemuda Ansor (BANSER) pada persitiwa cemetuk cluring, Blitar Jawa Timur pada tahun 1962, menyerbu acara Mental Training PII di Kanigoro pada tanggal 14 Januari 1965 dengan melecehkan PII Wati dan menginjak-injak Al-Quran yang dipimpin kader Pemuda Rakyat (PKI) yang bernama Suryadi dengan 3000 kader PKI menyerbu Masjid dimana acara PII tersebut berlangsung.
PII menjadi pelopor, motor gerakan perlawanan terhadap PKI, beberapa nama yang sangat legendaris: Moch. Husnie Thamrin (Ketum PB PII ketua KAPPI, Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), Oo Cholis Rohendi (Komandan Pengganyangan PKI yang membakar kantor CC PKI) dan Abdul Qadir Djaelani (AQJ), tokoh Betawi yang juga kader militant PII. secara Nasional PII berperan melawan dan mengganyang PKI, ada Timsar Zubil di Sumatera Utara, Zubeir Bakri di Sulawesi, Tamat Ansori, Moh Ibrahim dkk dari Kediri Jawa Timur, hal yang sama juga terjadi di Sumatera, Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Keruntuhan Orde Lama, tak bisa dipisahkan dari peran Kader PII.
Orde Baru, yang asli atau murni hanya tahun 1966-1969, selanjutnya sangat didominasi oleh kaum Sekuler, terutama kader Serikat Jesuit, kader Katolitk mereka masuk lewat pintu isteri Presiden Suharto, Ibu Tien Suharto. Hal ini sangat terasa seperti pada perumusan UU Perkawinan tahun 1973 (draft awalnya adalah mengadopsi sistem perkawinan Katolik) dengn militansi Kader PII, seorang kader PII Wati (kader PII yang Perempuan) Maryati Nasution berhasil menggagalkan sidang penetapan UU Perkawinan tersebut bekerja sama dengan PPP (Partai Persatuan Pembangunan) dengan mengambil palu sidang yang membuat sidang gagal dan RUU Pendidikan Nasional (yang draft awalnya merupakan rumusan pendidikan katolik) setelah mendapat perlawanan yang kuat dari PPP (dibantu oleh kader PII dan kader Politik Islam/Islam Politik yang di Golkar dan PDI), keluarlah UU Pendidikan Nasional nomer 2 tahun 1989, (termasuk menolak aliran kepercayaan dll).
Perjuangan kader PII tidak bisa dipisahkan dengan penggunaan Jilbab/Hijab disekolah umum secara Nasional, sejak 1984 PII telah menegaskan identitas muslimah dikalangan pelajar umum dan santriyah dengan jilbab dan hijabnya, Alhamdulilah sukses dengan Kepmendibud 16 Februari 1991 yang membolehkan pelajar/mahiswa berjilbab.
Orde baru menjadi sangat repesif dengan umat Islam setelah menetapkan UU no 5 tahun 1985 tentang UU Keormasan yan telah menjadikan Pancasila sebagai kuda tunggangan kaum Sekuler, Kristen dan PKI untuk menekan Islam dan gerakan dakwah Islam. Hubungan kembali mesra ketika tahun 1990 ICMI (Ikatna Cendikiawan Muslim) didirikan pada tanggal 7 Desember 1990, Pak Harto Pergi Haji 1992, peran politik Islam kembali menguat dan kader PII bermunculan disegala lini. PII merupakan gerakan Pelajar Islam yang sarat dengan muatan agenda perjuangan Umat Islam terutama perjungan Politik Islam dan Penguatan Ekonomi umat (untuk bidang ini bisa disebut Tanri Abeng dan Soetrisno Bachir).
Era Reformasi, PII mati Suri, Idiologi Perjuangannya memerlukan charge. Untuk itu di tahun ke 68 sebagai Hari Bangkit PII kepada seluruh elemen, kompknan kader PII, Pengurus PII dan simpatisan dan titisan PII agar segera mematut diri, menyamakan frekuensi dan kembali kekhithahnya untuk menjadi Pelajar Pejuang Islam. Kembalilah kesekolah/Pesantren dan Kampus, kembalilah Kemasjid dan masuklah pada jalur perjuangan Politik secar praktis dan perjuangan bisnis secara praktis dan jalur perjuangan Islam disemua lini.
Selamat Hari Bangkit ke 68 PII !!!
Tandang Kegelanggang walau seorang,
Bentuk barisan shaff Jihad untuk menegakkan Islam
PII Siap ! PII Siap ! PII Jihad !
"PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) ADALAH KAWAH CANDRADIMUKA YANG MELAHIRKAN KADER DARI SEMUA LINI PERJUANAGAN UMAT UNTUK IZZUL ISLAM WAL MUSLIMIN"
*Alfian Tanjung, Kader PII sejak 1982 sampai sekarang.
Ketua Umum Komisariat PII Perumnas Tangerang 1985-1987
Ketua Umum PD PII Tangerang Raya 1989-1990
Ketua Umum PW PII Jakarta Periode 1994-1996
Formatur PB PII Periode 1995-1998 (Ketumnya Hakam Naja)
Ketua Umum PK IMM IKIP Muhammadiyah Jakarta 1987
Ketua Umum Pusat HAMMAS Indonesia 1998-1999
Ketua Umum BPP Gerakan Patriot (GNPI) sejak 2001
Ketua Umum DPP FDKM Tangerang Raya 2009-2014
Pimpinan Taruna Muslim sejak 2000
No comments:
Post a Comment